Kamis, 27 Januari 2011

Sejarah Pergerakan Indonesia adalah sejarah kaum muda. Berdirinya Budi Utomo sebagai titik awal pemuda Indonesia mulai bangkit dan melek berorganisasi. Mereka mencoba mengembangkan diri dan memikirkan kemajuan rakyat di era itu. Pendidikan menjadi pintu utama untuk mencerdaskan rakyat. Dengan pendidikanlah mereka berhasil mentrasformasikan ilmu bahwa perlu adanya nilai nasionalisme dan kebersamaan. Budi Utomo merupakan organisasi pemuda yang lahir dari kaum elite ‘bangsawan’. Karena pada waktu itu hanya keturunan bagsawanlah yang hanya bisa mengecap bangku pendidikan. Namun, mereka tidak ingin melihat bangsanya terus dijajah.
eristiwa Regasdengklok yang dipelopori oleh golongan muda merupakan gambaran
betapa beraninya golongan muda menculik Soekarno dan Hatta. Mereka yang menculik
itu diantaranya Wikana, Chaerul saleh, dr Muwardi dan Sukarni. Mereka merupakan
sekelompok pemuda yang menginginkan secepatnya Indonesia merdeka. Tanpa
keberanian mereka mungkin Indonesia belum bisa memproklamasikan kemerdekaannya.
Peristiwa itu menjadi sebuah peristiwa penting dalam sejarah bangsa Indonesia.
Soekarno dan Hatta membacakan teks proklamasi kemerdekaan dan setelah itu
bendera merah putih dikibarkan dengan alunan lagu Indonesia raya yang diciptakan
oleh WR Supratman.

Reformasi 98’ yang terjadi 10 tahun yang lalu pun tak luput dari catanan
sejarah Indonesia yang digoreskan oleh pemuda. Reformasi yang disimbolkan
jatuhnya rezim Orde Baru merupakan bukti bahwa pemuda mampu mengerakkan rakyat
‘people power’ untuk bisa menuntut haknya. Walupun sampai saat ini ferormasi
total belum bisa dilaksanakan. Masih ada kerikil yang menghalanginya,
diantantaranya hukum belum sepenuhnya dijalankan, ekonomi masyarakat yang kian
tak jelas dan semakin berpihak kepada modal yang berakibat dicabutnya subsidi
untuk rakyat.

Tahun ini sebenarnya momentum yang sangat cocok untuk melakukan perubahan
social. Tahun yang bertepatan dengan 100 tahun kebangkitan nasional dan 10 tahun
reformasi. Beberapa daerah mulai dipimpin oleh kaum muda, sebuah kesempatan yang
ketika orde baru sangat sulit untuk diakses oleh gologan muda. Spirit perubahan
untuk mensejahterakan rakyat menjadi program mereka. Rakyat sudah bosan dengan
pemimpin tua atau orang yang tidak mau berubah, mereka yang haus jabatan dan
anti perubahan haruslah disingkirkan. Tidak lama lagi kita akan menyelegarakan
perhelatan demokrasi ‘pemilu’. Karena pemilu merupakan prasyarat bagi Negara
yang menganut system demokrasi. Selanjutnya pemilu sebagai salah satu ritual
demokrasi mensyaratkan adanya partisipasi dari warga Negara.

Menurut Robert P. Clark, salah seorang peneliti di Universitas George Mason,
Amerika Serikat, negara dunia ketiga yang sudah mengembangkan demokrasi melalui
pemilu mempunyai tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilu rata-rata
hanya 64,5 persen. Bahkan negara yang demokrasinya sudah mapan seperti Amerika
Serikat, dalam pemilu nasional belum pernah mencapai 60 persen. Hasil penelitian
Clark tersebut menunjukkan aksioma politik bahwa semakin tinggi kesadaran
politik masyarakat, maka semakin kecil kebergantungannya pada negara. (KORAN
TEMPO, 19/09 ’04).
Kata kunci dalam proses dan sistim demokrasi adalah partisipasi warga negara
dalam bentuknya yang paling subtil, tidak hanya pada persoalan politik praktis
semisal memilih sekali atau beberapa kali dalam lima tahun dan setelah itu
menunggu lima tahun lagi untuk melaksanakan haknya sebagai warga negara.

Demokrasi adalah sistem tata kenegaraan yang menjunjung tinggi kedaulatan
rakyat, maka otomatis sudah menjadi hak sekaligus kewajiban warga negara untuk
terus melakukan kontrol dan pengawasan terhadap pemerintah selaku penerima
mandat, apakah mandatnya telah dijalankan sesuai dengan amanat rakyat atau
tidak.

Mengutip apa yang dikatakan Clark, bahwa suatu negara yang kesadaran
politiknya sudah tinggi akan berbanding lurus dengan partisipasi warga negara
yang tinggi, termasuk dalam mengontrol dan mengawasi jalannya roda pemerintahan.
Pemilu sebagai ritual demokrasi hanyalah salah satu variabel bukan
satu-satunya variabel yang bisa dipakai untuk mengukur keberhasilan demokrasi.
Selama 32 tahun Orde Baru sudah membuktikan bahwa pemilu pun bisa dimanipulasi
sekadar lip service dari demokrasi.

Berangkat dari pemahaman di atas maka seyogyanya rakyat mulai menjalankan hak
dan kewajibannya selaku warga negara dalam proses demokrasi ini. Karena di
manapun dan kapanpun kekuasaan akan cenderung membuat orang untuk korup dan
menyalahgunakan kekuasaan tersebut.

Rakyat harus belajar dari pengalaman selama Orde Baru dan Reformasi bahwa
mereka tidak boleh begitu saja menyerahkan mandat dan kekuasaan kepada
segelintir elite. Karena ketika mandat itu sudah diserahkan lewat kontrak sosial
(pemilu) kepada segelintir elite kemungkinan untuk diselewengkan cukup besar.
Dan satu-satunya cara untuk memastikan bahwa mandat rakyat tidak disalahgunakan
adalah dengan terus berpartisipasi dalam proses demokrasi dalam bentuk kontrol
dan pengawasan terhadap jalannya roda pemerintahan. Harapannya, lewat mekanisne
kontrol ini pemerintah akan tetap berjalan diatas rel yang telah disepakati
bersama dalam kontrak sosial tersebut.
Proses demokrasi tidak selesai dengan selesainya pemilu capres, tapi akan
terus berlanjut sampai lima tahun ke depan. Artinya setelah presiden sudah
dipilih, apa yang mesti kita lakukan? Jawabannya adalah terus mengontrol dan
mengawasai pemerintah agar menjalankan kontrak sosial dan tidak menyalahgunakan
mandat yang telah kita berikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar